Saran Saya, Jangan Melabeli Diri Dengan Agama Tertentu
Kita harus berbuat baik kepada
semua orang, bahkan semua makhluk. Bukan karena kita ingin masuk surga, bukan
karena kita takut dihukum Tuhan jika tidak melakukan itu, tapi karena secara
logika dan akal sehat, itulah yang seharusnya kita lakukan.
Kenapa secara logika, saya
bilang? Kembali lagi, kita pikirkan apa yang terjadi sekarang, bukan apa yang
mungkin terjadi saat kita meninggal. Sekarang kita tinggal bersama manusia
lain. Dan secara otomatis, seharusnya cara berpikir kita juga sama. Jika kita
berbuat baik pada mereka, maka mereka secara logika seharusnya juga berbuat
baik pada kita. Begitu pula sebaliknya.
Saya tidak bermaksud untuk
menistakan agama, atau sebagainya. Saya percaya bahwa semua agama mengajarkan
berbagai ajaran yang begitu indah, menarik dan positif. Saya sangat senang bila
diberikan media dan kesempatan untuk mempelajari berbagai agama, karena saya
yakin tujuan semua agama hanya satu: kedamaian. Maka dari itu, saya berpikir,
dan saya yakin ini akan sangat susah diterima oleh siapapun, bahkan saya
sendiri. Saya berpikir kenapa kita terlahir berlabel agama tertentu? Kenapa di
KTP kita ada identitas agama? Kenapa? Agama itu adalah kepercayaan. PERSONAL
BELIEF. Kenapa kita dari sekarang tidak mencoba untuk menganut LEBIH DARI satu
agama sekaligus. Setiap agama memiliki ajaran-ajarannya masing-masing, dan dari
sekian ajaran itu, kenapa tidak kita gabungkan, sesuai dengan kebutuhan dan
keyakinan kita? Kenapa kita masih menganggap bahwa jika kita telah menganut
suatu agama tertentu, maka kita tidak bisa menganut agama lain sekaligus?
Kenapa kita berpikir, misalkan ada seorang perempuan yang beragama A, kemudian
menikah dengan pria beragama B. Lalu, kenapa mindset kita menyarankan
idealnya salah satu dari mereka meninggalkan agamanya dan mengikuti agama
pasangannya? Kenapa mereka tak bisa menggabungkan kedua agama itu dalam diri
mereka? Oke, mungkin ada suatu kasus di mana ajaran agama A dan ajaran agama B
kontradiktif. Contoh saja, Agama Islam mengharamkan daging babi. Sedangkan
daging babi bagi umat Hindu, khususnya umat Hindu Bali, adalah makanan wajib.
Nah, sesuai dengan cara berpikir saya yang telah saya paparkan tadi, saya
mengatakan bahwa, kenapa tidak kita gabung saja dua ajaran itu? Kita gunakan
prinsip kompromi. Saat ada ajaran-ajaran yang kontradiktif seperti itu, kita
ambil jalan tengah. Jadi, mungkin saja seorang umat Muslim menggabungkan ajaran
Hindu dalam hidupnya, namun tetap tidak makan babi.
Inti dari gagasan saya, dan
mungkin akan sangat susah untuk diterima adalah, kita harus fleksibel dalam
menganut suatu ajaran. Inti dari ajaran agama adalah bagaimana kita hidup
secara harmonis, damai, tentram, sehat dan bahagia bersama-sama.
Sudah terlalu sering, di mana
pun, sudah terlalu sering konflik, perang, rusuh yang disebabkan oleh agama
terjadi. Lalu, jika suatu saat tidak ada orang yang berlabel agama Hindu, orang
yang berlabel agama Islam, ataupun Kristen, ataupun Budha, atau agama apapun,
semua ajaran agama-agama itu melebur menjadi satu, saya rasa, konflik-konflik
sedemikian rupa akan bisa diminimalisir. Namun tentu saja, masih akan ada
kelompok-kelompok fanatik dan radikal dari suatu agama itu yang mungkin akan
tetap mencoba mengatakan bahwa agamanya lah yang paling hebat.
Karena itu, agama dalam KTP tidak usah diisi.
Sekali lagi, kita hidup dengan
manusia, bukan dengan Tuhan, meskipun kita bisa merasakan Beliau dan kita yakin
Beliau bersama kita. Tapi tetap, yang sudah pasti kita tahu adalah, kita hidup
dengan manusia dan banyak makhluk lainnya. Oleh karena itu, kita tingkatkan
dulu hubungan kita dengan manusia dan makhluk hidup lainnya, baru kita bisa
berpikir untuk berhubungan dengan Tuhan. Tulisan ini akan tidak disetujui oleh
banyak orang, tapi pikiran saya ini saya rasa layak untuk dikemukakan tanpa
bermaksud negatif. Yang saya katakan, menjaga hubungan dengan manusia dan
makhluk hidup lainnya jauh lebih penting, atau setidaknya sama pentingnya
dengan menjaga hubungan dengan Tuhan. Sebagai manusia, akal sehat kita mendikte
bahwa kita selayaknya berbuat baik dengan manusia dan makhluk hidup lainnya,
tanpa alasan tertentu. Bukan agar kita masuk surga, bukan agar kita disayangi
Tuhan, tapi karena itu adalah suatu kewajiban arbitraris logis yang tanpa perlu
penjelasan ataupun alasan khusus memang harus kita lakukan.