Sunday, October 23, 2016

Perjalanan Waktu: Masalahnya, Kita Pikir Kita Punya Waktu

Waktu.

Apa sih waktu itu?

Waktu tidak bisa disentuh. Tidak bisa dilihat. Tidak bisa didengar. Tidak bisa didengus. Tidak bisa dirasakan oleh panca indra. Lalu waktu itu apa?

Kata orang, waktu itu mengalir, Berarti apakah waktu itu zat cair?
Kata orang waktu itu berjalan. Berarti apakah waktu itu memiliki kaki?

Yang aku tahu, waktu telah banyak meneguk serpihan-serpihan diriku. Diriku sedetik yang lalu telah mati ditelan waktu. Yang ada hanyalah diriku yang sekarang. Ups.. Tampaknya diriku yang mengetik kalimat sebelumnya pun telah ditelan.

Lalu apakah waktu memiliki mulut? Hidung?
Apakah waktu zat cair? Padat? Gas?

Tak ada yang jelas tentang waktu. Waktu mungkin hanyalah ilusi. Tapi yang jelas, waktu nampaknya merupakan sebuah buku besar yang berisikan kumpulan cerita, memoar, dan biografi semua manusia. Mungkin bisa dibilang bahwa waktu merupakan sebuah perpustakaan besar yang tak berpangkal dan tak berujung.

Yang jelas, waktu bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki siapapun. Tak ada yang memiliki waktu. Justru waktulah yang memiliki kita. Waktu yang membentuk, mengolah kita menjadi diri kita sekarang. Kita tak memanfaatkan waktu. Tapi waktulah yang memelintir diri kita sesuai kemauannya.

Waktu tak berawal dan tak berujung, dan di saat bersamaan tak berbentuk. Tapi kita tahu bahwa waktu itu ada. Kita yakin. Atau apakah itu benar? Mungkin sekarang sudah ada beberapa orang yang mulai meragukan keberadaan waktu. Yah, apa yang aku tahu.

Yang aku yakini, waktu kemarin, dua hari yang lalu, seminggu yang lalu, setahun yang lalu, jutaan tahun yang lalu, esok, lusa, seminggu lagi, setahun lagi, jutaan tahun lagi berada di tempat yang sama dengan waktu sekarang kamu membaca tulisanku ini. Waktu-waktu itu tak hanya ada satu, tapi seperti halaman-halaman dalam sebuah buku. Semua lembar waktu yang telah dilalui seseorang akan terkumpul menjadi sebuah buku besar. Buku besar yang tak akan pernah bisa dibaca siapapun. Waktu-waktu juga bisa diibaratkan seperti frame-frame sebuah video yang cukup panjang. Video panjang yang tak satu video player pun bisa memutar, meski aku selalu berharap bisa memutar video yang memuat frame-frame kehidupanku sendiri.


No comments:

Post a Comment